KOLAKA,NUANSA SULTRA – Nuansa budaya dan kreativitas lokal berpadu apik dalam ajang perayaan HUT ke-61 Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang digelar dilapangan Gelora, Kabupaten Kolaka, Kamis malam (24/04/2025), Kemarin.
Salah satu momen paling memukau datang dari penampilan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kolaka Timur, Hartini Azis, A.Ma, yang membawakan busana tenun rancangan sendiri dengan tema semi formal.
Hartini tampil anggun dan berwibawa mengenakan kain tenun bermotif “Pati-Pati Pinesowi”, sebuah motif khas Tolaki yang ia kembangkan secara mandiri. Busana berwarna oranye terang ini bukan sekadar fashion, tetapi juga simbol semangat, antusiasme, dan kehangatan perempuan Sulawesi Tenggara, sekaligus mencerminkan kearifan lokal dalam karya kontemporer.
Motif Pati-Pati Pinesowi sendiri merupakan hasil padupadan dari berbagai elemen khas suku Tolaki, yaitu Pinetobo, Pinetariwadi, Pinetaburumbaku, dan motif utama Pati-Pati Pinesowi. Masing-masing motif memiliki filosofi mendalam, menggambarkan kehidupan masyarakat, hubungan sosial, nilai kekerabatan, hingga keberagaman flora dan fauna lokal yang menyatu dalam harmoni visual kain tenun.
Motif Pinetobo, misalnya, menggambarkan struktur sosial masyarakat Tolaki, dari rakyat biasa hingga pemimpin, yang saling bersinergi membangun kehidupan berkeadilan dan berkesinambungan. Sedangkan Pinetariwadi menggambarkan simetri dua Pinetobo yang menyerupai kue tradisional Tolaki, yaitu Wajik, sebagai simbol keakraban dan kekayaan kuliner lokal.
Motif Pinetaburumbaku mengambil inspirasi dari bentuk flora pakis yang melambangkan siklus kasih sayang antar generasi—yang tua menyayangi yang muda, dan yang muda menghormati yang tua. Motif ini menggugah nilai-nilai luhur dalam relasi sosial masyarakat Tolaki yang menjunjung tinggi keharmonisan.
Sementara itu, motif utama Pati-Pati Pinesowi merupakan representasi dari alat tradisional pemanen padi (ani-ani) yang biasa digunakan oleh perempuan Tolaki. Penerapan motif ini pada kain tenun menjadi bentuk penghormatan terhadap peran perempuan dalam budaya dan ekonomi lokal, sekaligus merayakan warisan leluhur yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Sebagai penutup penampilannya, Hartini mempersembahkan bait pantun penuh makna:
“Berakit-rakit ke sungai, sepenuh hati / Rakit bersama kawan sehati / Berkain tenun oranye, sungguh memikat hati / Warisan temurun, memberi seribu arti.”
Karya ini menjadi simbol semangat pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi kreatif berbasis lokalitas yang digalakkan oleh Dekranasda Kolaka timur di era modern.
Penulis : Asrianto Daranga.