, , ,

Pemkab Koltim Hadiri Pawai Budaya dan Musdatpus Ke-V dalam Rangka Hari Jadi ke-65 Kabupaten Konawe

KONAWE, NUANSA SULTRA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kolaka Timur (Koltim) turut ambil bagian dalam rangkaian kegiatan Pawai Budaya dan Musdatpus Ke-V serta Mosehe Wonua, yang digelar bagian dari memperingati Hari Jadi ke-65 Kabupaten Konawe. Acara ini berlangsung pada Jumat (16/05/2025), bertempat di Rumah Permaisuri Lakidende, Laika Mbu’u, Unaaha, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra).

 

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Gubernur Sultra, Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka, para bupati dan wakil bupati, wali kota dan wakil wali kota, Ketua dan anggota DPRD, jajaran TNI-Polri, tokoh adat, tokoh agama, serta perwakilan perangkat daerah dari seluruh wilayah Sulawesi Tenggara.

 

Dari Kolaka Timur, hadir Wakil Bupati Yosep Sahaka, S.Pd., M.Pd., bersama Ketua DPRD Koltim, Jumhani, S.Pd., M.Pd., dan Dandim 1412 Kolaka, Letkol Inf Syafruddin Mutasidasi, S.E. Kehadiran mereka mencerminkan dukungan aktif terhadap pelestarian budaya lokal serta solidaritas regional yang erat dalam membangun jati diri budaya masyarakat Sultra.

 

Dalam Wawancara Media, Wakil Bupati Yosep Sahaka mengatakan dirinya bersama Bupati Koltim, Abd. Azis, SH, MH., menyampaikan apresiasi Kepada bupati Konawe H. Yusran Akbar dan Wakil Bupati Konawe, H. Syamsul Ibrahim terhadap pelaksanaan acara tersebut. Ia menilai bahwa kegiatan seperti Pawai Budaya dan Musyawarah Adat Tolaki serta Mosehe Wonua memiliki peran strategis dalam memperkuat identitas budaya bangsa sekaligus mempererat ikatan sosial masyarakat.

 

“Ini adalah momen penting untuk melestarikan budaya kita sekaligus memperkuat tali persaudaraan antar masyarakat Sultra,” ujarnya.

 

Pawai Budaya kali ini menjadi panggung ekspresi kekayaan budaya Nusantara, dengan budaya Tolaki sebagai inti utama. Beragam seni tradisional, pakaian adat, tarian ritual, serta simbol-simbol budaya lainnya ditampilkan, mencerminkan keberagaman sekaligus kesatuan identitas budaya masyarakat Sultra. Dari perspektif ilmu sosial, pawai ini menjadi sarana penting dalam proses transmisi budaya antargenerasi secara hidup dan dinamis.

 

Yosep Sahaka menjelaskan Salah satu bagian paling sakral dari rangkaian acara ini adalah ritual Mosehe Wonua, yang mengandung lima makna utama, tradisi adat masyarakat Tolaki yang sarat akan nilai spiritual dan sosial.

 

“Mosehe Wonua memilki lima makna utama yaitu, memperkuat persatuan dan keharmonisan, menjalin silaturahmi, melestarikan warisan budaya leluhur, menyucikan wilayah dari unsur negatif, serta menjadi sarana tolak bala terhadap potensi musibah”, Ujar Wakil bupati

 

Ritual ini mencerminkan filosofi ekologi spiritual, di mana harmoni antara manusia, alam, dan nilai-nilai kepercayaan dijaga dan dipelihara secara kolektif. Hal ini menunjukkan bahwa sistem kepercayaan lokal tidak hanya berfungsi secara spiritual, tetapi juga memiliki implikasi sosial dan ekologis yang mendalam.

 

Secara keseluruhan, pelaksanaan Pawai Budaya Nusantara, Musyawarah Adat Tolaki ke-V, dan Mosehe Wonua diharapkan menjadi tonggak penting dalam memperkuat rasa kebersamaan, membangun kembali identitas budaya daerah, serta menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya pelestarian nilai-nilai lokal di tengah arus modernisasi.

 

Lebih dari sekadar seremoni, kegiatan ini juga dapat dijadikan referensi penting dalam pengembangan kajian budaya dan kebijakan pembangunan berbasis kearifan lokal di Sulawesi Tenggara maupun Indonesia secara umum.

 

Penulis : Asrianto Daranga.

  • 100 Hari ASR-Hugua Dinilai Gagal : FAMHI Soroti Minimnya Realisasi Janji Kampanye

  • 11 DPD LAT Kompak Dukung Lukman Abunawas, Komitmen Memajukan Adat dan Budaya Tolaki

  • 18 KPM di Desa Tongandiu Terima BLT-DD Tahun 2025 dan Insentif Honorer Aparatur Desa, Jelang Idul Fitri 1446 Hijriah

  • 2.285 Desa di Sultra Siap Bentuk Koperasi Merah Putih Sebelum Juni 2025

PENERBIT