, ,

Angka Stunting di Kolaka Timur Turun Drastis, Upaya Pemda Dinilai Efektif

KOLTIM, NUANSA SULTRA – Prevalensi stunting di Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) mengalami penurunan signifikan sejak tahun 2024. Berdasarkan data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dirilis Kementerian Kesehatan RI tahun 2024, angka stunting di daerah ini turun dari 31,3 persen menjadi 16,9 persen.

 

Penurunan ini menandakan adanya perubahan positif dalam upaya penanganan stunting di Koltim. Pemerintah daerah di bawah kepemimpinan Bupati Abd Azis, SH, MH, dinilai berhasil mengoordinasikan berbagai pihak dalam menekan angka stunting secara terstruktur dan berkelanjutan.

 

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Koltim, Jumaeda, SKM, menyampaikan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil kerja keras bersama seluruh elemen, mulai dari Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa.

 

“Semoga tahun ini dan tahun-tahun berikutnya terus menunjukkan penurunan,” ujarnya Pada Rabu (28/05/2025).

 

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Dampaknya tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga terhadap perkembangan otak dan kemampuan kognitif anak.

 

Menurut Jumaeda, faktor utama penyebab stunting di antaranya adalah kurangnya asupan gizi, infeksi berulang, serta faktor sosial ekonomi dan lingkungan. Ditambah lagi dengan kondisi seperti pendidikan orang tua yang rendah, pendapatan keluarga yang tidak stabil, dan keterbatasan akses terhadap air bersih dan layanan kesehatan.

 

Stunting juga berkaitan erat dengan kondisi kehamilan dan kelahiran. Risiko meningkat pada ibu dengan status gizi buruk, kehamilan remaja, serta bayi yang lahir dengan berat dan panjang di bawah normal. Setelah kelahiran, infeksi seperti diare dan ISPA turut memperburuk kondisi gizi anak.

 

Pelaksanaan SSGI secara rutin menjadi instrumen penting dalam memantau kondisi gizi balita secara nasional. Survei tahun 2024 membantu pemerintah dalam mengevaluasi efektivitas program serta merancang strategi intervensi yang lebih tepat sasaran berdasarkan data terbaru.

 

SSGI tidak hanya memberikan gambaran prevalensi stunting, tapi juga membantu pemangku kebijakan menentukan wilayah prioritas dan kelompok masyarakat yang membutuhkan intervensi intensif. Dengan demikian, program penanggulangan stunting dapat lebih terarah dan efisien.

 

Ke depan, data SSGI 2024 akan menjadi dasar dalam menyusun berbagai strategi nasional dan daerah guna mendukung pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) serta Sustainable Development Goals (SDGs). Harapannya, upaya ini dapat meningkatkan kualitas hidup generasi masa depan Indonesia.

 

Laporan : Asrianto Daranga

  • 100 Hari ASR-Hugua Dinilai Gagal : FAMHI Soroti Minimnya Realisasi Janji Kampanye

  • 11 DPD LAT Kompak Dukung Lukman Abunawas, Komitmen Memajukan Adat dan Budaya Tolaki

  • 18 KPM di Desa Tongandiu Terima BLT-DD Tahun 2025 dan Insentif Honorer Aparatur Desa, Jelang Idul Fitri 1446 Hijriah

  • 2.285 Desa di Sultra Siap Bentuk Koperasi Merah Putih Sebelum Juni 2025

PENERBIT