, , ,

Kolaka Timur Pelopori Program “Listrik Masuk Sawah”, Terobosan Efisiensi Energi dan Modernisasi Pertanian di Sultra

KOLTIM, NUANSA SULTRA – Dalam rangka mendukung efisiensi pertanian dan mendorong modernisasi teknologi di sektor agrikultur, Kepala Dinas tanaman pangan dan peternakan Kabupaten Kolaka Timur, Ridwan S. Pi, M.Si., menjelaskan secara rinci dalam wawancaranya bersama awak media Nuansa Sultra di ruang kerjanya, pada Senin, (04/08/2025). bahwa program “Listrik Masuk Sawah” (LMS) merupakan sebuah terobosan penting yang lahir dari dua latar belakang utama.

 

Pertama, sebagai respons jangka pendek terhadap kebijakan nasional Kementerian Pertanian tahun 2024 terkait percepatan program pompanisasi dan irigasi perpompaan.

 

Menurut Ridwan, efisiensi energi menjadi isu utama dalam implementasi pompanisasi. Selama ini petani menggunakan bahan bakar minyak (BBM), yang berdasarkan perhitungan dinilai cukup boros.

 

“Artinya, kita perlu mencari alternatif agar penggunaan pompa tidak terlalu boros. Solusinya adalah listrik masuk sawah,” tegasnya.

 

Dalam konteks jangka panjang, Ridwan menyebut bahwa program ini merupakan langkah menuju modernisasi sektor pertanian berbasis teknologi listrik. Ia menambahkan bahwa penggunaan listrik dalam kegiatan pertanian diharapkan dapat memicu minat generasi milenial untuk kembali melihat sektor ini sebagai peluang yang menjanjikan.

 

“Kita ingin mengubah image bahwa Bertani atau bersawah itu tidak selalu harus kotor,” ujarnya.

 

Teknologi yang dimaksud antara lain berupa penggunaan drone untuk penyemprotan, pemupukan, dan penebaran benih serta alat sprayer berbasis listrik yang kini mulai digunakan petani. Tangki sprayer yang sebelumnya menggunakan tenaga manual kini telah beralih ke system baterai isi ulang daya, mendekatkan petani pada kebutuhan riil di lapangan.

 

“Dengan teknologi, petani tak harus lagi bermain lumpur di sawah,” katanya.

 

Dalam realisasinya, pada anggaran dan pendapatan daerah perubahan (APBD-P) 2024, Pemerintah Daerah Kolaka Timur telah menganggarkan pemasangan listrik masuk sawah di 25 titik yang tersebar di Kecamatan Lambandia. Pemilihan wilayah ini didasarkan pada luasnya area sawah tadah hujan yang dinilai paling membutuhkan sistem perpompaan efisien. Menurut Ridwan, indikator keberhasilan dapat dilihat dari peningkatan Indeks Pertanaman (IP) petani.

 

“Petani dengan indeks pertanamanan sebelumnya hanya IP 200, tahun ini sudah kita dorong ke IP 300, khususnya di Desa Atolanu, Kecamatan Lambandia. Ini artinya mereka bisa panen tiga kali dalam setahun,” terang Ridwan. Diharapkan panen ketiga akan dimulai pada akhir Nopember hingga Desember tahun ini, menandai keberhasilan awal program LMS ini.

 

Namun, Ridwan tidak menutup mata bahwa tantangan klasik di lapangan tetap ada, salah satunya adalah keterbatasan anggaran. Selain itu, diperlukan pula sosialisasi masif kepada petani. Ridwan mengakui bahwa sebagian masyarakat masih keliru memahami program ini.

 

“Ada yang mempertanyakan mengapa listrik masuk sawah dilakukan sementara listrik rumah masih ada yang kurang. Ini harus kita luruskan bahwa antara LMS dengan listrik untuk kebutuhan rumah tangga berjalan secara paralel,” jelasnya.

 

Menurutnya, LMS adalah program yang berbeda dengan penyediaan listrik rumah tangga. PLN memiliki program tersendiri bernama Electrifying Agriculture (EA) yang mendukung sektor pertanian dan ketahanan pangan nasional.

 

“Program ini berjalan paralel dan tidak saling mengganggu,” katanya.

 

Secara ekonomi, LMS juga terbukti lebih hemat. Ridwan menjabarkan perbandingan biaya operasional antara pompa listrik dan pompa berbahan bakar minyak, untuk 12 jam pemakaian pompa listrik hanya memerlukan biaya Rp19.200, sementara pompa berbahan bakar gas mencapai Rp50.000. Jika menggunakan solar, biayanya naik menjadi Rp104.000, bahkan pertalite bisa mencapai Rp302.000.

 

“Perbandingan ini penting agar petani bisa menghitung sendiri efisiensi usahanya,” tegas Ridwan.

 

Ia juga menginformasikan bahwa pada awal tahun 2025, PLN telah melakukan survei di 73 titik di seluruh wilayah kab. Koltim. Titik-titik tersebut dipersiapkan sebagai kelompok calon penerima LMS tahap selanjutnya. Program ini juga mendapat dukungan dari anggota DPR-RI, yang diwakili oleh anggota dewan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) , Jaelani, S.IP., M.Si., saat peluncuran LMS beberapa waktu lalu.

 

Ridwan berharap bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) ke depan dapat disesuaikan dengan kebutuhan energi listrik.

 

“Selama ini pompa yang diberikan masih berbasis BBM. Kita dorong agar bantuan ke depan adalah pompa listrik,” ujarnya. Ini akan memperkuat kesinambungan program LMS di lapangan.

 

Program ini tahap awal difokuskan pada daerah dengan persentase lahan sawah tadah hujan terbesar. Urutannya dimulai dari Kecamatan Lambandia, kemudian akan menyusul Kecamatan Lalolae. Sesuai arahan Bupati Koltim, H. Abd. Azis., SH. MH., fokus tahun 2025 akan diarahkan ke Kecamatan Lalolae.

 

Ridwan menekankan bahwa kebutuhan listrik bagi petani bukan hanya untuk pompa air. Kegiatan lain seperti penyemprotan, penebaran benih, hingga penanaman juga sudah banyak menggunakan perangkat bertenaga listrik. Oleh karena itu, jika anggaran memungkinkan, ke depan program ini akan diperluas secara menyeluruh ke semua kebutuhan pertanian modern.

 

Ia pun menyampaikan bahwa Kolaka Timur adalah kabupaten pertama di Sulawesi Tenggara yang mengakses program Electrifying Agriculture dari PLN. Hal ini menjadi kebanggaan dan motivasi untuk terus mendorong transformasi sektor pertanian di daerahnya.

 

“Sesuai arahan Bupati, H. Abd. Azis semua program harus bermuara pada kesejahteraan petani,” tutup Ridwan.

 

Penulis : Asrianto Daranga.

  • 100 Hari ASR-Hugua Dinilai Gagal : FAMHI Soroti Minimnya Realisasi Janji Kampanye

  • 11 DPD LAT Kompak Dukung Lukman Abunawas, Komitmen Memajukan Adat dan Budaya Tolaki

  • 18 KPM di Desa Tongandiu Terima BLT-DD Tahun 2025 dan Insentif Honorer Aparatur Desa, Jelang Idul Fitri 1446 Hijriah

  • 2 Hektare Lahan Pesantren Disulap Jadi Ladang Jagung, Koltim Dorong Kemandirian Pangan Sinergi Pemda, Polres, dan Kemenag

PENERBIT