, ,

Kadis Ketahanan Pangan Kolaka Timur Dorong Pemanfaatan Pekarangan untuk Cegah Stunting

KOLTIM, NUANSA SULTRA – Pemerintah Kabupaten Kolaka Timur terus berupaya menurunkan angka stunting melalui strategi ketahanan pangan yang berbasis keluarga. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kolaka Timur, Dr. Ir. Idarwarti, MM., menekankan pentingnya pemanfaatan lahan pekarangan rumah untuk mendukung pola makan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA).

 

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kolaka Timur, Dr. Ir. Idarwarti, MM., menjelaskan bahwa strategi ini selaras dengan program nasional Asta Cita dan visi-misi pemerintah daerah. Fokus utama adalah menggerakkan masyarakat mulai dari tingkat dusun dan desa untuk menanam sayur, memelihara ikan dan ternak guna memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral secara mandiri.

 

Menurut Idarwarti, stunting bukan disebabkan oleh faktor genetik, melainkan pola hidup dan makan yang tidak tepat. Oleh karena itu, edukasi gizi sejak masa pranikah, kehamilan, dan menyusui menjadi kunci penting.

 

“Generasi sehat bisa tercipta bila kebutuhan gizi terpenuhi sejak dini,” Ujarnya melalui awak media Pada Selasa (06/05/2025)

 

Pemanfaatan pekarangan tidak hanya bertujuan untuk konsumsi keluarga, tetapi juga membuka peluang peningkatan ekonomi. Halaman rumah yang sebelumnya kosong dapat dimanfaatkan untuk menanam berbagai bahan pangan, seperti ubi, pisang, cabai, dan tomat. Ini memungkinkan masyarakat mengurangi pengeluaran sekaligus menambah penghasilan dengan menjual hasil panen.

 

Guna mengoptimalkan gerakan ini, Dinas Ketahanan Pangan bekerja sama dengan OPD lain dan menjadikan pemerintah desa sebagai titik awal pelaksanaan program. Desa diarahkan menggunakan alokasi anggaran 20% untuk inovasi pemanfaatan pekarangan yang sesuai dengan karakteristik lokal, baik untuk hortikultura, perikanan, maupun peternakan.

 

PKK, kelompok wanita tani, dan kelompok tani didorong menjadi motor penggerak. Mereka diberi pelatihan pengelolaan pangan dan penyebaran bibit tanaman untuk meningkatkan keterampilan serta mendorong swasembada pangan berbasis rumah tangga. Bumdes juga dipersiapkan untuk menampung dan memasarkan hasil produksi warga.

 

Tantangan utama saat ini adalah rendahnya kesadaran masyarakat di tingkat RT dan RW tentang manfaat pekarangan rumah. Banyak ibu rumah tangga masih mengandalkan pembelian bahan pangan di pasar tanpa menyadari potensi besar dari lahan yang mereka miliki. Padahal, biaya pembelian sayur harian bisa mencapai jutaan rupiah per bulan yang seharusnya bisa ditekan.

 

Idarwarti menyoroti perlunya edukasi lebih intensif, terutama dari tenaga gizi yang belum aktif turun ke lapangan. Edukasi ini mencakup pemahaman tentang kebutuhan gizi harian berdasarkan waktu makan dan usia anggota keluarga. Ia menekankan pentingnya peran ahli gizi dalam menyusun menu yang mencakup kebutuhan makro seperti protein, karbohidrat, dan mineral.

 

Dinas Ketahanan Pangan Kolaka Timur juga rutin menggelar pelatihan dan lomba cipta menu di setiap ajang lomba desa. Peserta diajarkan menghitung kebutuhan nutrisi berdasarkan usia, baik untuk ibu, anak, maupun kepala keluarga, guna mewujudkan pola makan bergizi seimbang yang dapat diterapkan sehari-hari.

 

Sejumlah desa binaan telah menjadi percontohan sukses, seperti Desa Mokupa dan Tumbudadio, yang telah mengembangkan kolam ikan, kandang ternak, serta kebun pekarangan terpadu. Pola konsumsi keluarga di desa tersebut sudah terarah dan mendukung pemenuhan gizi masyarakat.

 

Koordinasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan program ini. Mulai dari edukasi pola makan, penerapan gaya hidup bersih, peningkatan ekonomi keluarga, hingga edukasi bagi pasangan baru, ibu hamil, dan ibu menyusui. Semua pihak diharapkan terlibat aktif, termasuk media massa untuk mendukung penyebaran informasi.

 

Idarwarti mengajak masyarakat tidak membiarkan lahan kosong tanpa manfaat.

 

“Ketahanan pangan keluarga adalah pondasi generasi emas 2045. Jika gizi terpenuhi sejak dini, kita akan melahirkan generasi cerdas dan produktif yang mampu membangun daerah dan negara,” ungkapnya.

 

Ia menegaskan bahwa pencegahan stunting tidak bisa ditunda. Sekali anak mengalami stunting, dampaknya bersifat permanen dan akan memengaruhi kualitas sumber daya manusia di masa depan. Oleh karena itu, langkah proaktif sangat diperlukan sejak sekarang.

 

Program makan bergizi gratis yang tengah berjalan di Kolaka Timur diharapkan menjadi model edukatif dan inspiratif. Selain memberi manfaat langsung, program ini menjadi media belajar bagi masyarakat tentang penyusunan menu sehat berbasis bahan lokal yang mudah dijangkau.

 

Dengan semangat kolaborasi dan gotong royong, Dinas Ketahanan Pangan Kolaka Timur optimistis upaya penurunan stunting dapat berjalan efektif dan berkelanjutan.

 

“Tidak boleh lagi ada rumah tanpa kebun, tidak boleh ada keluarga tanpa asupan gizi seimbang,” tutup Idarwarti.

 

Penulis : Asrianto Daranga

  • 18 KPM di Desa Tongandiu Terima BLT-DD Tahun 2025 dan Insentif Honorer Aparatur Desa, Jelang Idul Fitri 1446 Hijriah

  • 29 Personel Polres Kolaka Timur Resmi Naik Pangkat, Kapolres Ajak Tingkatkan Profesionalisme

  • 91 Jamaah Haji Kolaka Timur Siap Berangkat, Kloter 39 Dilepas 28 Mei

  • Abd Azis dan Yosep Sahaka Siap Jalankan Program 100 Hari Kerja 10 Inisiatif Unggulan untuk Masyarakat Kolaka Timur

PENERBIT