KOLTIM, NUANSA SULTRA – Pemerintah Kabupaten Kolaka Timur resmi mencanangkan Desa Lalowosula sebagai Desa Cinta Statistik di Wilayah Kabupaten Kolaka Timur.
Turut hadir dalam kegiatan ini Plt Kepala BPS Provinsi Sultra, Ir. Surianti Toar, M.S., Kepala Dinas PMD, Kusram Maroli, S.Pt., Kepala Bappeda, Dr. Mustakim Darwis, SP., M.Si., Kapolres Koltim, Danramil Koltim, Plh Kepala BPS Koltim, Ketua DPRD Koltim, dan para kepala desa se-Kecamatan Ladongi.
Sebagai langkah awal transformasi tata kelola pembangunan berbasis data di tingkat desa. Program ini diinisiasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kolaka Timur.
Kepala Desa Lalowosula, Sunardi, SH., MH., NLP menyampaikan optimismenya terhadap pencanangan tersebut. Dalam wawancara bersama Media nuansasultra.com ia menyebut bahwa program ini merupakan kepercayaan besar dari Bupati Kolaka Timur dan BPS untuk menjadikan Desa Lalowosula sebagai model pengelolaan data desa.
“Ini menjadi sebuah kesyukuran bagi kami. Kami dipercaya menjadi role model dari Kolaka Timur. Harapannya, pembangunan di desa bisa lebih tepat sasaran karena berdasarkan data yang akurat,” ujar Sunardi pada Jumat (07/05/2025)
Pencanangan ini dilakukan setelah melalui proses panjang persiapan dan evaluasi. Lalowosula dipilih dari beberapa desa dan kelurahan lain setelah dilakukan survei kelayakan oleh BPS. Persiapan intens dilakukan dalam beberapa hari menjelang pencanangan, dengan kerja sama erat antara perangkat desa, BPS, dan masyarakat.
Menurut Sunardi, data yang dihimpun nantinya akan menjadi rujukan penting dalam pengambilan kebijakan, mulai dari tingkat desa hingga pusat. Program-program seperti pengentasan stunting, kemiskinan ekstrem, hingga penanganan gangguan jiwa akan lebih tepat sasaran berkat kehadiran data yang valid dan mutakhir.
Ia mencontohkan, selama menjabat, dirinya sering menjumpai ketidaktepatan dalam penerima bantuan sosial akibat data yang tidak sesuai atau keputusan yang didasari persepsi semata.
“Dengan hadirnya Desa Cantik, ke depan tidak perlu lagi ada debat kusir. Semua tinggal mengacu pada data,” tegasnya.
Pascapencanangan, akan ada tujuh rangkaian kegiatan, termasuk pendataan langsung ke rumah-rumah warga menggunakan kuesioner yang telah disusun oleh BPS. Proses ini diharapkan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Sunardi juga menyampaikan bahwa meskipun acara dihadiri banyak pihak, keterlibatan langsung masyarakat umum masih terbatas.
“Yang hadir hanya lima tokoh masyarakat dan satu perwakilan masyarakat umum. Kami memahami keterbatasan tempat, tetapi animo masyarakat sangat tinggi,” katanya.
Program ini, menurutnya, tidak hanya penting untuk saat ini, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang. Ketika kepala desa berganti, data yang ada bisa menjadi acuan tetap sehingga pembangunan tidak bergantung pada preferensi pribadi pemimpin.
Ia menekankan bahwa data harus diperbarui setiap tahun.
“Kita tidak tahu, bisa saja yang hari ini tergolong kurang mampu, tahun depan sudah membaik. Maka data harus selalu relevan agar kebijakan yang diambil sesuai dengan kondisi riil,” jelasnya.
Salah satu bentuk komitmen yang ditandatangani dalam kegiatan tersebut adalah Piagam Desa Cantik. Dalam piagam itu, Kepala Desa, Bappeda, Dinas PPMD, serta Bupati menyatakan kesepakatan untuk mendukung penuh pelaksanaan program berbasis data ini.
Ia menjelaskan bahwa Bupati Koltim pun memberikan dukungan luar biasa. Saat perwakilan PLT BPS Prov. Sultra menyampaikan keterbatasan anggaran, Abd. Azis langsung menawarkan bantuan dana dari daerah untuk menyukseskan program ini.
Lebih lanjut, Bupati Azis bahkan berharap agar program Desa Cantik tidak hanya berhenti di Lalowosula. Ia ingin seluruh desa di Kolaka Timur ke depannya juga dapat mengadopsi program serupa agar pembangunan desa semakin merata dan berbasis data yang akurat.
Dengan dukungan lintas sektor dan semangat gotong royong masyarakat, Desa Lalowosula kini menjadi pionir dalam menghadirkan data sebagai dasar pembangunan yang berkelanjutan.
Sunardi menutup wawancara dengan harapan bahwa seluruh pemangku kebijakan dapat terus menjaga komitmen ini.
“Mari kita jadikan data sebagai pijakan utama dalam membangun, agar program yang dilahirkan benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat,” pungkasnya.
Penulis : Asrianto Daranga.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.